Thursday, March 26, 2015

Anak Desa yang Sukses Bangun Sekolah Pariwisata “Monarch Bali”

Banyak kiat sukses yang diciptakannya untuk menginspirasi banyak orang. Berasal dari keluarga peternak kambing, kini mampu mengajak ribuan orang keliling dunia. Siapakah sosok itu?
I Nyoman Sudi Artawan adalah putra ketiga dari pasangan suami istri dari Ketut Merta dan Wayan Kenak dari Desa Pelapuan Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Kedua kakaknya meninggal karena sakit sejak kecil. Tentu ini pukulan berat bagi kedua orang tua Sudi, sehingga orang tua Sudi memutuskan untuk pindah ke desa Bongancina ketika Sudi lahir . Sudi dan orang tuanya yang bekerja harian di tetangganya tinggal di rumah sederhana yang bisa mengakrabkan Sudi sekeluarga dengan susanan kedinginan.
Tak ada yang istimewa dari pendidikan kelahiran 1 Desember 1975 \di Desa Mungil Pelapuan ini. Kakak dari Ketut Pariasa ini bersekolah di SMP PGRI 3 Kemoning dan lulus dari SMAN 2 Singaraja yang saat itu memang merupakan sekolah unggulan. Fasilitas dan biaya yang tidak memadai, membuat Sudi harus tetap sekolah sambil bekerja. Tidak ada yang luar biasa pula dalam riwayat prestasinya. Sudi terhitung sebagai anak yang biasa saja di sekolah, bahkan pernah hampir tidak naik kelas. Akan tetapi, karena niatnya untuk maju begitu keras, Sudi berhasil menekuni bahasa Inggris dan bahasa Jepang.
“Salah satu cara saya melatih keterampilan berbahasa adalah ketika setiap pulang kampung ke Desa Bongancina karena tidak memiliki sepeda motor maka saya naik angkutan bus (Bus Manis), begitu pula di kembalinya, saya selalu duduk di barisan depan dan jikalau ada tamu (turis) yang ikut menumpang, saya akan pindah duduk di dekat tamu tersebut dan di sanalah saya memberanikan diri untuk bertanya dan melatih bahasa Ingris dan bahasa Jepang,” ungkap Sudi yang terus berlatih dan menyukai bahasa Ingris.
I Nyoman Sudi Artawan Monarch BaliKeadaan yang memungkinkan untuk Sudi melanjutkan ke Universitas, tidak membuatnya menyerah. Pria yang berprinsip, belajar dengan membaca adalah sumber keberhasilan ini mengikuti kursus bahasa Inggris di ILC Anugrah Denpasar dan menjalani program D1 di BLKP. Untuk membiayai pendidikannya, Sudi berjualan kelapa hampir setiap malam di Pasar Badung yang saat itu dibantu pamannya yang memang seorang penjual kelapa. “Saya tingal di rumah kotrakan paman, di Jalan Kemuda No.46 Tonja Denpasar. Saya dan paman jualan di pasar hampir setiap malam dari jam 1.00 dini hari sampai jam 7.30 pagi. Setelah itu, saya kursus bahasa Ingris dengan jalan kaki,” kisahnya yang dilakukannya selama delapan bulan. “Melihat kerja keras saya, ayah membelikan sepeda motor Vespa. Saya pakai untuk mempraktikkan kecakapan bahasa ingris di kawasan pariwisata Denpasar seperti Museum Bali dan Art Centre,” tambah Sudi yang juga sempat menjadi salesman dan pembantu rumah tangga ini.
Karier pertama Sudi dimulai dari Restaurant di Nusa Dua sebagai Bartender. Saat itu, Sudi dan kawannya tinggal berdua di sebuah  kamar kecil dan kamar mandi luar. “Harga kost pada waktu itu Rp75 ribu/bulan. Gaji saat itu  Rp 120 ribu/bulan ditambah uang makan Rp  15 ribu/hari. Jadi, kira-kira dari tangal 1-10 saya baru bisa beli nasi dengan harga Rp 1.000 dengan lauk yang enak dan porsi yang cukup  banyak. Setelah tanggal itu, saya hanya bisa makan dengan uang Rp 500 setiap hari,” tutur Sudi yang akhirnya memilih kerja sampingan sebagai guide liar/unofficial Guide. “Kalau kehabisan uang, saya kerap kali minta nasi di restaurant atau tuan rumah. pernah suatu hari saya menahan rasa lapar sampai beliau pingsan dan sadar di klinik Nusa Dua karena maag yang berkepanjangan,” kenangnya saat itu hampir putus asa dan pulang ke desa karena keaadaan yang sangat kritis.
Surat lamaran kerja ke hotel-hotel atau restaurant untuk mendapatkan gaji yang lebih baik selalu ditolak. Akhirnya berkat jalan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa serta karena rajin sembahyang dan tekun, Sudi diterima di salah satu hotel bintang 5 yang terfavorit pada saat itu yaitu Hotel Nikko Bali di Nusa Dua sebagai Bartender. Setelah satu tahun, Sudi pulang dengan bangganya membawa Sepeda kaze baru dari hasil jerih payah sendiri.
Selama bekerja di Hotel Nikko beliau melanjutkan kursus bahasa Jepang. Kurang lebih satu tahun bekerja di Hotel Nikko, Sudi diterima di Hotel Ritz Calton Bali tetapi tidak lama karena panggilan di salah satu hotel terkenal pada saat itu yaitu Hotel Four Season Resort Bali sebagai Bartender. Bekerja di Four Season Resort Bali  dengan  gaji pada waktu itu terbesar dibandingkan dengan hotel-hotel lainya, mampu membuat Sudi membantu orang tua untuk memperbaiki rumah orang tuanya di Desa Bongancina.
Selama di Hotel Four Season Jimbaran Bali, Sudi mendapatkan pelajaran dan berbagai training hospitality yang bermanfaat bagi kariernya ke depan. Akan tetapi, sifat Sudi yang sangat menyukai  tantangan dan mencoba hal yang baru, membuatnya mencoba melamar di perusahaan kapal pesiar. Saat itu, Sudi terinpirasi oleh menantu tuan rumahnya. “Beliau menyarankan untuk berangkat ke kapal pesiar dan beliau memberikan bukti pada waktu itu setiap liburan beliau bisa beli mobil baru, beli tanah, dan bantu keluarga,” ungkap Sudi. Akhirnya, pada tanggal 1 Desember 1999, tepat hari ulang tahun ke-24 , Sudi meninggalkan Bali bersama temannya yaitu Nyoman Dauh dari Karangasem untuk bergabung ke Kapal Celebrity Zenit milik Apollo pada waktu itu. “ini bagaikan hadiah ulang tahun yang tidak ternilai harganya bagi saya,” ungkapnya.Setelah berasil menset-up Martini Bar di Millenium Ship , Sudi dipercaya untuk membuka kapal Class Millennium lainnya seperti : Infinity, Submit, Constelation dan Century. Berbagai penghargaan diperoleh dari perusahan kapal pesiar Celebrity.
Beliau juga merintis segala bisnis seperti jualan tanaman hias, eksporter,  dan Agent Tour (BTO) Bali Tour Operational. Akan tetapi semuanya belum begitu lancar karena modal yang sedikit. Akhirnya, Sudi berangkat ke kapal lagi dan menyelesaikan kontrak selama enam bulan. Kemudian melanjutkan bisnis eksporternya.  “Keuntungan yang begitu besar saat itu membuat saya bisa membangun kost-kostan  di Renon,” kenang Sudi yang selalu ingat dengan ibunya sebagai sumber inspirasi berbisnisnya.
Maret  2008, Sudi dipanggil ke Miami office untuk menset-up bar untuk solstice kapal baru milik Celebrity dan bertemu dengan petinggi/ management dari Celebrity dan RCCL. Sudi tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk membicarakan masalah membuka sekolah bar di Bali. Sudi menamai tempat pelatihan bartendernya adalah FBC ( Flair Bartender Course ) pada Mei 2008 di rumah mertuanya di daerah Dalung yang sebenarnya merupakan tempat peternakan. Tempat pelatihan itu berkembang menjadi agen keberangkatan ke kapal pesiar Agent PT.Ratu Oceania Raya Bali yang telah memberangkatkan ribuan orang dan kini menangani tujuh perusahan Kapal Pesiar seperti RCCL, CELEBRITY, AZAMARA, PULLMANTUR, REGENT, OCEANIA, dan  DISNEY CRUISE LINE.
Bagi ayah dua orang anak ini, tahun 2008-2009 adalah tahun yang benar – benar penuh perjuangan di dalam kariernya. Hingga kini, Sudi mengembangkan sebuah sekolah yang dinamai Monarch yang mempunyai 5 cabang di Bali. Sampai saat ini Monarch Dalung/Badung, Singaraja, Gianyar, Karangasem, dan Negara.
Dengan kesibukan yang padat sebagai pimpinan agen dan pemilik Sekolah Pariwisata Monarch, kini suami Ibu Lilik ini masih bisa menyisihkan waktu untuk menuntut ilmu di sebuah universitas swasta di Denpasar dengan jurusan Sastra Inggris. “Dengan pengalaman hidup dapat keliling dunia dan melihat betapa indahnya dunia ini dapat saya simpulkan bahwa  kita harus mensyukuri apa yang kita miliki, dan jangan merasa berkecil hati jikalau kita miskin, gagal, bersedih dan banyak lagi perasaan negatif lainnya. Begitu pula jangan merasa angkuh, sombong, arogan, karena di dunia sana masih ada orang lebih miskin atau lebih kaya. Kesimpulannya, “di atas langit ada langit”. Maka bersyukurlah dan berkarya yang pada akhirnya kita patut mensyukuri karya kita,” tegas Sudi.
Sudi sangat mengharapkan generasi Indonesia khususnya Bali selalu belajar dan selalu memiliki keinginan untuk maju memperbaiki tatanan hidup keluarga masing masing sehinga negara yang pempunyai masyarakat dengan ekonomi yang merata maka negara tersebut akan sejahtera karena bangsa yang sejahtera dimulai dari keluarga 

No comments:

Post a Comment