Begitu
banyak cerita kisah sukses wirausaha-wirausaha yang memulai kariernya
dari nol. Mereka berjuang selama bertahun-tahun untuk membangunkan
usahanya. Mereka berusaha keras dan tahap demi tahap membuat usahanya
menjadi semakin maju. Untuk mempertahankan usahanya dalam dunia
persaingan dibutuhkan kecerdasan dan keinginan yang kuat untuk tetap
bertahan di dunia usaha itu sendiri. Keuletan dan tekad merupakan modal
utama dalam menjalankan usaha yang ingin dikembangkan. Kisah-kisah
mereka inilah yang bisa kita jadikan panutan dan inspirasi bagi
masyarakat agar terdorong rasa keinginan untuk membuka usaha yang bisa
menguntungkan banyak orang.
Salah
satu dari sekian restoran tradisional tersebut yaitu Dapur Solo (DS).
Rumah makan yang terletak di kawasan Sunter ini menyajikan aneka
makanan Jawa, khususnya dari Solo. Makanan tradisional yang bervariasi
di restaurant Dapur Solo ini merupakan tujuan untuk memopulerkan aneka
makanan yang pada saat ini cenderung merupakan makanan barat seperti
Burger, Hotdog, Pizza, Pasta dan masih banyak makanan barat lainnya. Pengusaha
Dapur Solo ini dalam membangun usaha makanan tradisional, benar-benar
dimulai dengan keringat dan tekad yang keras. Banyak usaha-usaha yang
bisa kita ciptakan untuk membuat diri kita menjadi semakin mandiri.
Dampak positifnya dalam membangun usaha ialah terbukanya lapangan kerja
bagi orang lain, membangun perekonomian banyak orang dan membantu
perekonomian negara. Kita lihat salah satu keberhasilan ekonomian karena
adanya usaha-usah ayang dirintis masyarakat negara Indonesia yang
sadar akan perlunya membangun sebuah usaha untuk kelangsungan hidup
mereka dan orang lain.
Bagaimana
kisah perjuangan Swandani Kumarga dalam membangun usahanya yang
dirintis dari nol ini? Sejauh mana pemilik Dapur Solo berhasil
mempopulerkan makanan tradisional disini? Apa kiat-kiat sukses yang
Swandani Kumarga berikan terhadap masyarakat banyak? Bagaimana pula ia
berhasil menyaingi saingan-saingannya dalam kancah dunia bisnis?
Untuk
menjawab persoalan diatas, mahasiswa Jurnalistik FIKOM UNPAD, Eka
Harumi Sediaswati mewawancarai narasumber yang berkaitan dengan topik
saya yaitu Ibu Swandani Kumarga, Pemilik Dapur Solo, di Restaurant
miliknya Dapur Solo, Sabtu (29/12) pada 11.45 siang. Dapur Solo yang
terletak di Jl Danau Sunter Utara Blok R-35, Jakarta Utara, yang
bertempat tinggal tak jauh dari restaurantnya di Jl Danau sunter Utara
Blok R-21, Jakarta Utara, Ia juga mempunyai cabang di daerah Melawai, Jakarta Selatan.
Berikut petikan wawancara dengan Ibu Swandani Pemilik Dapur Solo.
Sudah sejak kapan anda memulai usaha ini?
Dari awal mulanya pada tahun 1986-an. Waktu anak saya baru lahir.
Siapa yang menginspirasikan Anda terhadap usaha ini?
Awalnya
bukan terinspirasi, tetapi karena ingin membantu suami untuk mencari
uang, kan uang tidak harus dari kantong suami, karena saya hobi makan
rujak juga yah. Jadi pertama kali saya menjual rujak dulu. Bertahap
gitu.
Dimana Anda pertama kalinya memasarkan produk ini?
Dari
rumah ke rumah, Door to door, tetangga lewat mulut ke mulut. Dengan
selembaran. Hanya berawal dari garasi rumah, hanya dapur rumah.
Sebenarnya niat saya cuma ingin menjual rujak, akhirnya saya coba-coba,
lalu menulis saya dikertas A4 dan dibagi dua, tulisannya juga hanya
menyediakan rujak dan es jus. Hanya rujak dan es buah saja yang saya
jual waktu itu.
Berapa modal yang Anda keluarkan untuk membuka usaha ini?
Modal
saya hanya Rp 100rb, waktu itu Rp 100rb hanya bisa mendapatkan
gilingan es, buah-buahan, juga kurang lebih gelas 2-3 lusin. Orang
bilang usaha harus pake modal besar, tetapi bagi saya modal tekad,
niat, ulet dan keberanian. Menurut saya ini yang menjadi modal
dasarnya.
Pertama kalinya tanggapan masyarakat terhadap produk Anda?
Mereka
tadinya menganggap hanya main-main, tetangga juga hanya kasian. Tetapi
saya tidak malu, karena saya tidak mencuri. Usaha saya juga
mendapatkan respon positif dari anak sekolah, tetapi saya tidak malu,
orang duit yang saya dapatkan halal. Kalau kita semua dijalan yang
benar ngapain malu. Pada dasarnya kita tidak perlu malu untuk memulai
sebuah usaha.
Bisa menceritakan tentang keluarga Anda?
Keluarga
saya, kebetulan latar belakang orang tua saya memang dagang sembako.
Kalau orang bilang ada bakat turunan, padahal menurut saya bukan bakat,
karena sebenarnya semua orang mempunyai bakat, tinggal orang tersebut
ingin menggali bakat tersebut atau tidak.
Sejauh mana keluarga Anda men-support usaha yang Anda lakukan sekarang?
Keluarga
saya sangat men-support sekali usaha saya ini, terutama suami saya
sangat membantu. Karena biasanya perempuan mempunyai usaha dirumah bisa
sambil mengurus anak. Dulu suami saya bekerja sebabgai proyek manager,
tetapi akhirnya kita berdua membangun usaha ini bersama-sama, hingga
menjadi sebesar ini. Anak saya perempuan, umurnya 24 tahun. Saya hanya
memiliki satu putri yang bekerja di HSBC. Semua ini, usaha dan keluarga
telah diberkati oleh tuhan. Dan karena Tuhan telah memberikan
kepercayaan kepada kita.
Motif apa yang anda miliki sehingga memilih untuk membangun sebuah usaha ini?
Karena kita ingin mempopulerkan makanan tradisional, dan ingin mempertahankan budaya makanan indonesia,
membuat makanan tradisional sejajar dengan makanan lainnya. Obsesi
saya hanya itu. Ingin mengangkat makanan tradisional dan mengalahkan
makanan barat.
Bisa ceritakan lebih detail lagi awal mula adanya usaha ini?
Selangkah
demi selangkah saya kerjakan dengan tekun. Akhirnya setelah ditekuni
selama 5 tahun, usaha ini menjadi lebih besar. Omset awal hanya Rp10rb.
Mulai setiap bulan mengalami peningkatan, omsetnya mencapai Rp50rb
sampai Rp100rb perhari dan saya juga mempunyai target, jadi setiap
bulannya harus mengalami peningkatan. Suka dukanya, jika masyarakat
bosan dengan hanya variasi makanan yang itu-itu saja. Akhirnya saya
menambahkan gado-gado sebagai inovasi baru terhadap makanan. Hanya
melihat pembuatan gado-gado, kita mencoba-coba. Testernya suami dan
tetangga. Intinya selalu berdoa, kalau mendapatkan ide, pasti mencoba
ide baru itu. Karena tester tersebut berhasil, akhirnya kita memasukan
gado-gado sebagai menu baru kita.
Sudah berapa banyak cabang yang anda dirikan?
Punya
1. Saya ada cabang di Daerah Melawai, Jakarta Selatan. Saya tidak mau
latah karena wirausaha-wirausaha yang sudah sukses membuka banyak
cabang karena ingin menjadi semakin terkenal.
Dalam persaingan dunia bisnis, sejauh mana anda bisa menyaingi wirausaha-wirausaha lainnya?
Bagi saya tidak merasa ada saingan. Saya menganggap semua teman untuk saling mengembangkan. Kalau merasa saingan, kita bertekad untuk mengalahkan. Saingan adalah sahabat. Bersaing
dalam kreativitas. Setiap orang berbeda-beda cara mengembangkan
usahanya. Tetapi tergantung bagaimana kita merangkul semuanya menjadi
teman. Kalau persaingan semakin banyak, itu berarti perekonomian negara
kita semakin terangkat. Banyaknya lapangan kerja yang senakin banyak
terbuka. Dan kita bersaing secara sehat dan secara kreativitas. Tidak
ada sirik atau iri terhadap pesaing lain.
Pernahkah Anda mengalami kegagalan dalam berwirausaha?
Saya tidak pernah mengalami kegagalan. Karena saya melakukannya dengan bertahap. Tidak
pernah mengalami kegagalan besar yang benar-benar membuat bangkrut.
Karena mungkin saya tidak langsung menginginkan usaha yang langsung
berhasil. Tidak ada rugi dalam makanan kecuali benar-benar rugi besar.
Kecuali kita tidak mampu bersaing, kemungkinan besar akan rugi tentu
saja ada.
Untuk memuaskan konsumen apa yang anda lakukan terhadap produk-produk anda?
Menjaga kualitas tentunya, kemudian kebersihan, service-nya
juga harus sebaik mungkin bisa dijaga, suasana rumah makan yang
nyaman, dan rasa makanan itu sendiri menjadi taste utama yang menarik
pembeli, harga juga sesuai kantong masyarakat. Jangan menjadi latah,
jangan melihat untung saja. Jangan ikut-ikutan latah jika pesaing lain
menaikkan harga.
Bisakah Anda membagikan kiat-kiat sukses yang Anda jalani? Bisakah Anda memberikannya kepada masyarakat?
Tentu
saja. Kenapa tidak. Semua orang berhak membuat usahanya masing-masing
agar menjadi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Sebetulnya
kalau kita mau berusaha, modal usaha itu adalah tekad, berdoa karena
kita punya tuhan, meminta hikmat, intinya percaya bahwa tuhan punya
rencana atas semua yang kita kerjakan. Kita sebagai manager pengelola,
kalau dipercaya oleh tuhan, maka kita harus memegang kepercayaan itu.
Sedikit demi sedikit pasti usaha kita akan maju.
Sudah berapa banyak pegawai Anda miliki?
100 karyawan, sudah termasuk cabang yang di Melawai. Dari 1 orang karyawan hingga sekarang karena tuhan. Itu merupakan kepercayaan Tuhan pada kita. Amanah kalau menurut agama saya.
Bagaimana Anda mengayomi karyawan-karyawan Anda?
Menganggapnya
sebagai keluarga sendiri, kalau punya salah ditegur juga. Tidak ada
salah yang didiamkan. Selama dia masih mengerti dikasih tahu yah kita
juga harus bisa mengerti. Ada kalanya kita harus bersikap keras jika memang sudah melewati batas.
Boleh tahu, berapa omset setiap hari/bulannya yang Anda terima?
Kalau
menurut saya, termasuk ok sih. Sehari rata-rata Rp5 juta/hari atau
Rp150juta/bulan, tidak usah sombong kita sebagai orang. Tahun depan saya
berencana membuka Perseroan Terbatas atau PT, yang awalnya dari
perseorang, dan hanya wirausaha sendiri, manajemen yang baik, bekerja
sama kepada orang lain, dan menambah partner dalam usaha. Wirausaha
tidak ada kata pensiun. Karena wirausaha tidak pernah mengenal umur.
Untuk Target sekarang, saya masih punya mimpi, yaitu tetap mempopulerkan
makanan tradisional diantara makanan internasional.
Kalau tuhan mengijinkan tahun depan saya akan membuka Perseroan
Terbatas yang partnernya yah teman-teman saya sendiri. Tahun depan saya berniat membuka Fitness Center, Butik dan Female Gym. Rancangannya pun sudah ada dan dibuat oleh arsitektur yang handal. Nanti saya perlihatkan.
Penghargaan apa yang telah diberikan kepada Dapur Solo?
Pak
Bondan dalam Wisata Kuliner telah memilih rumah makan ini untuk masuk
dalam salah satu episode diacaranya. Kemudian terpilih menjadi sepuluh
besar makanan Indonesia dalam Visit Indonesia. Dan juga masuk kedalam majalah Garuda
Niat membuka cabang di luarkota?
Sangat
berniat. Banyak orang menyuruh saya untukmembuka cabang di luarkota.
Tetapi bukan karena uang, tapi kita tidak melihatnya dari sisi uang. Di
Solo sendiri belum ada Dapur Solo atau DS ini. Nama Dapur Solo ini
diambil agar orang dengan gampang mengingatnya. Nama Kota Solo sendiri
belum bisa saya patenkan. Tetapi kalau dapur solo bisa saya patenkan.
Karena saya tidak ingin latah mengikuti keinginan, maka saya
melakukannya secara bertahap dan tergantung rejeki saja. Sejalannya
sajalah yang dikasih tuhan kepada saya.
Apakah Anda merupakan warga asli solo?
Yah tentu saja, saya orang asli Solo, di Kota Laten.
Target sekarang karena semua sudah dimiliki?
Saya
tetap mempertahankan obsesi saya, yaitu mempertahankan makanan
tradisional diantara makanan lainnya. Saya ingin mengalahkan makanan
barat dengan cita rasa khas makanan tradisional asli Indonesia. Membuat makanan Indonesia sejajar dengan makanan luar lainnya. Seperti yang saya katakan tadi di awal.
No comments:
Post a Comment